Disebelah
timur Terminal Bus Kota Temanggung terdapat sebuah bukit kecil.
Disitulah berdiri tegak monument Bambang Sugeng, yang selama
bertahun-tahun menjadi objek wisata bernuansa sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dimasa perang kemerdekaan. Lokasi monument ini tidak jauh dari
taman makam pahlawan, tepatnya disisi timur jembatan Kranggan.
Siapakah Bambang Sugeng? Beliau adalah prajurit TNI, yang dengan
pangkat terakhir mayor jendral, yang pernah ditugaskan diTemanggung.
Bambang Sugeng pernah memimpin pasukannya saat Agresi Militer I
(1947)dan Agresi Militer II (1948). Ada sebait puisi yang ditulis
Bambang Sugeng, dan hingga sekarang masih dapat disaksikan para
pengunjung Di Monumen tersebut:” Aku rela, aku tak kecewa, gugur demi
nusa bangsa”. Ya, pasukan Bambang Sugeng memang bertempur dengan gagah-
berani, meskipun harus kehilangan sekitar 3.500 prajuritnya, dalam
pertempuran melawan Belanda di alur Kali Progo. Sebelum Berperang
melawan Belanda, Bambang Sugeng juga memimpin perlawanan menghadapi
balatentara Jepang. Banyak tentara Jepang yang ditawan, namun semuanya
mengaku di perlakuan dengan sangat baik oleh Bambang Sugeng. Bahkan di
monument ini pun terdapat batu prasasti yang ditulis tentara Jepang yang
di tawakan pasukan Bambang Sugeng. Tulisan dengan huruf kanji itu
berbunyi “Wampo Daiwa Daigetzu”, yang berarti “ seluruh dunia
sekeluarga”. Para tawanan yang diperlakukan dengan sangat baik itu
merasa berhutang budi kepada Bmbang Sugeng. Untuk membalasnya, sampai
kini banyak warga Jepang, terutama anggota keluarga eks tawanan,
melakukan kunjungan rutin ke Monumen Bambang Sugeng.
PROSPEK PENGEMBANGAN
SELAMA
kesadaran masyarakat Indonesia terhadap sejarah dan perjuangan para
pendahulu dalam membela bangsa-negara masih kurang, maka objek wisata
seperti museum monument perjuangan tetap saja kurang mendapat perhatian
yang layak. Masyarakat masih menganggap berwisata ke kawasan pegunungan
dan pantai lebih menyenangkan. Tradisi berwisata masyarakat seperti ini
perlu dibenahi secara bertahap, setidaknya ditemanggung. Instisusi
pendidikan formal, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
perlu diminta berpartisipasi dengan cara menjadwal kunjungan mereka ke
monument Bambang Sugeng. Tentu sulit “melibatkan” peranserta masyarakat,
khususnya dari kalangan pendidikan, apabila tidak ada penambahan daya
tarik dikawasan wisat itu sendiri. Dengan pertimbangan itulah, maka
objek wisata bernuansa sejarah perjuangan bangsa seperti monument
bambang sugeng ini perlu dilengkapi dengan museum khusus yang
menceritakan keprajuritan diwilayah eks parisidenan kedu, atau
setidaknya di kabupaten temanggung. Apalagi selama ini cukup banyak
kunjungan warga jepang ke monument tersebut. Dalam jangka menengah,
objek wisata ini juga bisa dilengkapi dengan wahana permainan “
perang-perangan” yang sekarang menjadi tren wisata petualangan bagi
kawula muda diperkotaan. Apabila pengunjung makin meningkatkan, boleh
juga ditambahkan sarana dan prasarana lainnya seperti kios cenderamata,
taman bermain anak, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar